CARA AMPUH MENGATASI PELAKOR ATAU PEBINOR

‘Pelakor’
adalah istilah singkatan yang berarti perebut laki orang. Lawan katanya adalah
‘pebinor’ yang maksudnya adalah perebut bini orang. Dua-duanya sama-sama
membahayakan dalam merusak rumah tangga. Namun, bedanya ‘pelakor’ itu orang
ketiganya adalah betina alias perempuan. Sedangkan ‘pebinor’ aktor orang
ketiganya adalah jantan atau laki-laki.
Hahaha….,
jantan sama betina! Udah kaya hewan aja. Jangan salah gan? Mengapa gue pakai
istilah itu? Sebab masalah ini bukan lagi dianggap persoalan sepele. Kehadiran
orang ketiga ini benar-benar dapat menimbulkan keretakan dalam hubungan rumah
tangga. Keluarga yang awalnya harmonis, bisa kacau dengan munculnya pelakor
atau pebinor ini.
Dulu kita
kenal istilah ‘tuti’ alias tukang tikung. Nampaknya, ‘tuti’ ini berbeda makna
dengan ‘pelakor’ atau ‘pebinor’. Jika ‘tuti’ lebih kepada hubungan masih
pacaran, tapi level ‘pelakor’ atau ‘pebinor’ naik satu tingkat di atasnya.
Yakni, sudah sah dalam status pernikahan. Kebayang kan, betapa akutnya problem
ini? Apalagi jika dalam mahligai biduk rumah tangga itu sudah memiliki buah
hati yang lucu-lucu dan tidak berdosa, lantas mereka ikut menjadi korbannya.
Sungguh kasihan masa depan mereka bukan?
Oleh
karena itu, marilah kita basmi para ‘pelakor’ dan ‘pebinor’ ini. Hehehehe…. (ekspresikan
dengan wajah jahat).
Gue punya
cerita bagus yang harus gue bagi dengan sahabat semua. Ini kisah nyata yang gue
dengar sendiri dari teman nongkrong gue di warung kopi.
Jadi alur
ceritanya begini, saat itu teman gue ini habis pulang dari beli lauk di warteg
buat makan malam. Waktu itu pukul 22.00 WIB, di daerah komplek Gandul-Depok,
Jawa Barat. Saat melintasi salah satu rumah dalam perjalanan pulang menggunakan
motor, dia melihat ada satu rumah yang dimatikan lampunya. Ini hal yang aneh.
Mengingat tidak biasanya seperti itu.
Terus
teman gue ini kaget ada sesosok wanita dengan rambut panjang terurai dan
menggunakan daster putih berdiri mematung di samping rumah yang gelap tadi.
Merasa takut, teman gue langsung tancap gas menuju kos. Mungkin itu kuntilanak
yang lagi cari bayi yang baru lahir kali. Percaya atau tidak, mitos atau fakta
itu masih berkembang subur di masyarakat sih! Entahlah kebenarannya seperti
apa. Kembali ke cerita.
Lantas,
tidak ambil pusing. Teman gue masuk kamar dan menyiapkan makanan segera. Eh,
tiba-tiba ada orang yang teriak maling! maling! maling!….. Tentu saja teman gue
itu terperanjat panik dan langsung keluar rumah lalu ikut bersama warga
mengejar si ‘maling’ itu. Teman gue satu lagi bahkan lebih sigap dari teman gue
yang pertama. Pasalnya dia lari tanpa menggunakan sandal. Kurang greget apa
lagi coba!
Tidak
jauh kira-kira jarak 100 meter dari kost-kostan, si ‘maling’ itu tertangkap
basah oleh masyarakat sekitar. Bagaimana tidak? Ternyata itu pelaku berbadan
gemuk. Jadi susah untuk melarikan diri.
Dengan
nafas yang terengah-engah, si ‘maling’ itu bilang “Sudahlah Babeh Rojali, ini
hanya salah paham. Saya tidak bermaksud melakukan itu kok.”
Si
‘maling’ sambil berusaha membela diri, tubuhnya pun digelandang ke rumah Babeh
Rojali. Nah, ternyata rumah yang gelap
gulita tadi itulah milik Babeh Rojali. Di sana sudah ada wanita berusia 40
tahunan menyambut gelisah, sembari berkata. “Sudah ayah, malu diliatin warga
ini.”
Eh, malah
Babeh Rojali merespon ngegas. “Diam lu! Malu-malu, elu yang nggak tau malu!
Anak udah dua masih aja kegatelan lu!”
Tidak
sampai disitu, drama terus berlanjut. Babeh Rojali kemudian menunjuk-nunjuk
muka si ‘maling’ sambil marah-marah. “Eh, kalo elu doyan sama bini gue ambil
aja sana! Asal jangan anak-anak gue!”
Dan
ternyata fakta terungkap saudara-saudara! Pelaku yang ditangkap itu bukanlah
maling yang sesungguhnya, melainkan sosok pebinor yang lihai mengendap-endap di
kebun pisang. Wanita yang diliat teman gue tadi pas pulang dari beli lauk itu,
ternyata sedang menunggu dambaan hati yang lebih muda darinya. Apa yah
disebutnya? Brondong mungkin yah. Menurut gosip tetangga sih, bukan! Si cowok
itu udah punya keluarga juga katanya.
Babeh
Rojali udah dari dulu mengendus gelagat aneh dari ‘dua sejoli haram’ itu. Dan tertangkap
basahlah malam kelabu itu juga. Sungguh terlalu.
Wah, wah,
wah…. !Jadi runyam ini masalahnya. Massa pun bubar segera. Ada ketua RT yang
menangani kasus itu. Tentu saja para warga sedikit kecewa. Karena tuduhan
maling itu bukanlah maling yang sebenarnya. Malah warga dibuat ikut terlibat
dalam skenario Babeh Rojali yang cerdik dalam mempermalukan dua pasangan yang
sedang menjalani ‘cinta terlarang’ itu.
Dua teman
gue pun pulang dengan wajah cengengesan sembari tepuk jidat, sambil berkata,
“Aduh. Salah tangkap gan! urusan rumah tangga toh”. Jadi, begitulah cara ampuh
mengatasi pelakor atau pebinor, yakni dengan mempermalukannya di depan umum.
Namun,
saya sarankan lebih baik diselesaikan secara kekeluargaan terlebih dahulu.
Apabila masih terbilang sulit untuk dicarikan solusinya. Langkah selanjutnya
adalah menegurnya dengan lebih tegas lagi kepada kedua belah pihak. Baik pihak
laki-laki ataupun perempuan.
Jika
mereka masih berani juga melakukan hubungan diam-diam di belakang suami, istri,
dan anak-anaknya, maka tidak ada pilihan lain. Bolehlah menggunakan cara ini.
Yakni memberikan pengumuman kepada masyarakat sekitar seperti apa yang
dilakukan oleh Babeh Rojali dalam cerita ini. Perihal bagaimana hasilnya?
Apakah ada efek jera bagi pelakunya? Coba anda buktikan saja. Sekian dan terima
kasih. Semoga berfaedah.
Sumber :
Mojok.co
Belum ada Komentar untuk "CARA AMPUH MENGATASI PELAKOR ATAU PEBINOR"
Posting Komentar